Lempar jumrah adalah peristiwa sejarah yang sarat nilai luhur. Karena, lempar jumrah merupakan simbol melempar setan yang dijelmakan dalam tiga bagian, yaitu jumrah ula (pertama) atau jumrah sughra, jumrah wustha (tengah), dan jumrah ‘aqabah (terakhir).
Lalu, bagaimana cara melempar jumrah yang sesuai dengan syariat Islam? Dikutip dalam buku Rujukan Utama Haji & Umrah untuk Wanita karya Dr Ablah Muhammad al-Kahlawi, disebut bahwa lempar jumrah sudah diajarkan oleh Allah.
Wahai orang yang membelah jamaah haji dengan siku dan pundaknya bak seorang pejuang di medan perang agar rombongannya bisa maju ke depan!! Siapakah yang kamu tuju?! Siapakah yang hendak lempar jumrah?! Allah telah mengajarkan kepada kita semua untuk senantiasa mengedepankan belas kasih,budi pekerti, dan persaudaraan,” tulis Ablah.
Prinsip ini pun tertuang dalam firman Allah yang diarahkan kepada Rasullah SAW dan ada dalam Alquran.
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu,” surat Ali Imran atat 159.
Bagi jemaah haji perempuan, hendaknya bisa memilih waktu yang tepat untuk melempar jumrah dan dilarang keras berdesak-desakan dengan jemaah laki-laki.
Karena, dirinya termasuk kelompok orang yang diberi rukhshah dan kelonggaran waktu. Hendaknya, jemaah haji wanita menjadikan takwa sebagai tameng dalam bermuamalah dengan suadara-saudara seiman .
“Dengan ketaatan dan keihlasan, mereka datang menerjang setiap halangan hanya untuk meraih kelahiran baru, menanggalkan baju dunia, dan masuk ke barisan hamba-hamba Allah yang dibanggakan di hadapan para malaikat,” kata Ablah.
Dalam memulai rangkaian lempar jumrah pada hari tasrik dari jumrah ula yang berada di dekat masjid Khayf dengan tujuh batu kerikil sembari bertakbir pada setiap lemparan.
Lalu dilanjutkan dengan berdiri sejenak sambil menhadap kiblat dan berdoa kepada Allah setelah selesai.
“Setelah itu, dia harus segera bergegas menuju jumrah wustha sambil melakukan hal yang sama seperti pada jumrah ula. Setelah jumrah wustha selesai, hendaknya dia langsung berpindah ke jumrah ‘aqabah tanpa harus berhenti sejenak untuk berdoa setelah selesai,tapi langsung bergegas pulang ke pondokan,” kata Ablah.
Seperti kesepakatan mayoritas fukuh, yang Malik,al-Syafi’i dan ahmad. Hal ini didasarkan pada riwayat Salim ibn ‘Abdullah Ibn ‘Umar:
“Saat Rasullah SAW melempar jumrah ula yang berada di dekat masjid Khayf, beliau melempar tujuh batu kerikil seraya bertakbir pada setiap lemparan, lalu bergeser ke arah sebelah kiri,berdiri mengahdap kiblat dan berdoa. Di tempat itu, beliau berdiri berdiri cukup lama. Setelah itu, beliau melempar jumrah wustha dengan tujuh batu kerikil seraya bertakbir pada setiap lemparan,lalu bergeser ke arah sebelah kiri,berdiri menghadap kiblat sambil mengngkat tangan dan berdoa,” papar Ablah.
“Setelah itu, Nabi Muhammad segera melempar jumrah ‘aqabah dengan tujuh batu kerikil dan bertakbir setiap kali melempar, kemudian langsung bergegas meninggalkan tempat itu tanpa berhenti terlebih dahulu,” dikutip dari HR al-Bukhari.
lempar jumroh, batu lempar jumroh, lempar jumroh jaman dulu, jumlah kerikil untuk lempar jumroh lempar jumroh, bacaan saat lempar jumroh